HELLOCIANJUR.COM – Bendungan Jatigede harus memberikan sisi kemanpaatan bagi masyarakat Sumedang dan sekitarnya.
Karena, pembangunan waduk terbesar di Asia Tenggara ini, telah mengorbankan nilai-nilai sejarah Sumedang yang tidak ternilai harganya.
Demikian kesimpulan ungkapan beberapa tokoh Sumedang yang sempat ditangkap Tim Jurnalis harian ini.
Warisan sejarah Sumedang apa saja yang terbenam di dasar Bendungan Jatigede itu ?
Baca Juga:
Prabowo Subianto Kunjungi Tambak Ikan Nila Salin di Karawang, Cek Potensi Bahan Makan Bergizi Gratis
Kuota Biodiesel 40 Persen (B40) dari Volume Produksi Sawit Nasional Bertambah, Pemerintah Sepakati
Pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan Menang hingga di Atas 60 Persen di Pilkada Jawa Barat 2024
BACA JUGA:
Kerja Sama Strategis: Kadin Indonesia dan BNSP Fokus Tingkatkan Kualitas Tenaga Kerja
Pertama, hilangnya makam-makam leluhur Sumedang, termasuk makam Prabu Guru Aji Putih dan sebagian keturunannya.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Nyoblos di Bojong Koneng, Beri Pesan: Menang Kalah Biasa, Utamakan Kerja Sama
Presiden Prabowo Subianto Terima Penghargaan Bergengsi Grand Collar de la Orden El Sol del Peru
Prabu Guru Aji Putih, adalah pendiri Kerajaan Tembong Agung cikal bakal lahirnya Kabupaten Sumedang.
Prabu Guru Aji Putih seolah peletak batu pertama lahirnya Kerajaan Sumedang Larang yang sebelumnya bernama Kerajaan Hibar Buana.
Prabu Guru Aji Putih bersama permasurinya Nyi Mas Dewi Nawangwulan pasangan yang telah melahirkan pengayom-pengayom Sumedang berikutnya.
Warisan sejarah lainnya yang tenggelam bersama Bendungan Jatigede, hilangnya bekas-bekas kampung purba, terutama Kampung Muhara.
Baca Juga:
Zulhas Kumpulkan Kementerian dan Badan di Bawah Kemenko Bidang Pangan, Bahas Swasembada 2028
Kementerian Keuangan di Bawah Presiden Prabowo Subianto Dinilai Bisa Buat Fiskal Negara Terjaga
Kampung Muhara berada di Desa Leuwihideung Kecamatan Darmaraja, konon di kampung inilah Kerajaan Tembong Agung berdiri.
Di Desa Leuwihideung itu sendiri banyak makam-makam leluhur Sumedang yang tenggelam, untungnya Makam Paniis di Desa Cieunteung tidak tergenang.
Untuk menghormati leluhur Sumedang yang dimakamkan di Paniis, masyarakat sekitar makam tidak berani membangun rumah loteng, karena dianggap merendahkan leluhur di sana. ( Tatang Tarmedi ) ***
Artikel di atas juga sudah dìterbitkan di portal berita Daerah Hariansumedang.com
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Sempatkan juga untuk membaca artikel menarik lainnya, di portal berita Fokussiber.com dan Seleb.news